Jumat, 25 April 2014

BUDAYA JUMSIH HARUS DI JAGA DAN FENOMENA BANTAR GEBANG KABUPATEN BANDUNG

 Aksi Jumsih (Jumat Bersih) merupakan sebuah budaya yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya terutama di desa Sukapura. Hari Jum'at ini merupakan hari libur biasanya bagi sebagian besar para petani, karena pada hari jumat berkegiatan dengan intensitas ringan di banding dengan biasanya. Hari ini dijadikan sebuah moment untuk komunitas Sulibra berbaur dengan masyarakat Sukapura dengan membudayakan kembali Jumsih sebagai ajang silahturahmi dan bekerja sama dalam membereskan lembur dari masalah Lingkungan. Mengangkut sampah yang telah dibereskan pada aksi sebelum-sebelumnya pada hari Jum'at ini kami bereskan dan angkut untuk di buang sementara ini ke TPS/TPA.  Dimulai dari Madrasah Nashrul Huda yang menjadi tempat penyimpanan sampah sementara yang mana merupakan sampah hasil aksi pada Sabtu 13 April 2014 dimana terkumpul sampah sebanyak 12 karung sampah yang terkumpul. 



Dilanjut dengan membereskan sampah disekitar kawasan barukaso yang mana terdapat sampah yang terkumpul dari hasil sampah yang dikumpulkan oleh para pedagang yang berada di sekitar Barukaso, bahkan ada pedagang yang mengumpulkan lansung sampahnya dari tumpukan sampah yang berada di depan warungnya, sekitar 8 karung sampah yang terkumpul dari hasil sampah yang dikumpulkan di daerah Barukaso. Kami harapkan budaya Jum'sih ini menjadi budaya yang mengakar di Masyarakat Sukapura agar tercipta suasana desa yang asri, lestari dan bersahaja.


Setelah menyapu bersih sampah dari pedagang di sekitar Barukaso, kamipun lanjut dengan mangangkut sampah hasil aksi Caringin bersih dan Nonton Bareng PERSIB yang dilaksanakan pada 20 April 2014 di kawasan Caringin. Sampah yang dikumpulkan dari tebing yang menjadi TPA warga Caringin ini terkumpul sekitar 19 karung sampah, itupun belum seluruhnya terangkut dari tebing mengingat begitu banyak sampah yang berada di tebing di tambah masih adanya warga yang membuang sampah kesana.


Setelah sampah terkumpul kamipun mengangkut sampah tersebut ke TPS Cibuni Barang, karena kami bingung harus membuang kemana sampah yang telah di kumpulkan sementara belum adanya pengolahan sampah yang efektif di Sukapura. Kamipun terpaksa sama membuang sampah ke Cibuni Barang meskipun itu belum menjadi solusi tepat mengingat Cibuni Barang ini sudah penuh dengan sampah dari kota dan pasar apalagi lokasi berada tepat di tepian Anak Sungai Citarum. Kamipun sempat dijegal untuk membuang sampah kesana karena memang ini TPA yang diperuntukkan sampah dari warga Kecamatan Pacet. Namun kamipun melobby dengan pengurus TPA Cibuni Barang Bapak Alit.


Bapak Alit ini merupakan warga Desa Cikitu yang bekerja membereskan sampah-sampah yang di buang ke Cibuni Barang. Bapak Alit berkata bahwa tidak kurang dari 3 mobil yang setiap harinya membuang sampah ke Cibuni Barang, apalagi dari pasar Maruyung merupakan langganan tetap beliau dalam membereskan sampah yang setiap hari pasti membuang sampah ke Cibuni barang.


Setelah beres mengeluarkan sampah dari mobil kamipun bergegas pulang mengingat waktu telah mendekati waktu Jum'at. Kondisi Cibuni Barang yang memprihatinkan bila terus ditambah setiap harinya bukan hal yang mustahil bila nantinya akan menjadi Gunung Sampah. Perlunya penataan yang pas bila sampah tersebut di buang kesana, pastinya membuat kabupaten Bandung menjadi TPA sementara rencana Bupati menjadi kawasan Selatan Bandung menjadi kawasan wisata sangat menjadi hal yang kurang baik bila ada TPA di kawasan wisata.  



Rabu, 23 April 2014

mengenal mata air di Sukapura yang unik





         Desa Sukapura memiliki beberapa mata air (sirah cai :sunda) yang menjadi sumber air masyarakat desa Sukapura. Mata air yang berada di desa Sukapura diantaranya mata air Cibodas (Kp. Argasari RW 14), mata air Sarang Tengah (Kp. Argasari RW 13) mata air Kebon 18 (Kp. Argasari RW 14). Sebagian besar warga Sukapura menggunakan air yang berasal dari mata-mata air tersebut, dan yang lainnya menggunakan air yang berasal dari lokasi mata air yang berada di desa Ciberem.

a.       Mata air kebon 18
Mata air Kebon 18 merupakan salah satu mata air yang mengeluarkan air dengan debit yang cukup banyak sehingga bisa di alirkan ke warga Sukapura bahkan mengairi warga desa Giri Mulya yang jaraknya lumayan jauh, bahkan mampu juga untuk mengairi kebun ketika musim kemarau datang. Lokasi mata air yang berada di sekeliling kebun warga kondisinya cukup memprihatinkan. Berada di kawasan perhutani mata air kebun 18 dahulu sempat memiliki penampungan air yang cukup luas dalam sebuah situ yang biasa disebut Situ Bah Edo. Dahulu situ bah Edo memiliki luas di perkirakan memiliki luas  kurang lebih 1,5 Ha yang mengelilingi sebuah bukit di tengahnya menambah keindahan sebuah situ. Pembenahan situ bah edo pernah dilakukan pada tahun 2010 dengan membuat sebuah tanggul, namun perawatan yang kurang membuat kondisi situ bah edo menjadi di penuhi rumput. 
Situ Bah Edo
a.       Mata air Cibodas
Mata air cibodas merupakan mata air yang menghidupi sebagian besar masyarakat desa Sukapura. Debit air yang keluar dari mata air Cibodas yang besar membuat mata air Cibodas sangat sayang sekali kalau tidak di rawat dan dijaga kelestarian daerah penyanggahnya. Cibodas memiliki 2 kawasan mata air yang sama besar debitnya. Kawasan 1 di buat sebuah kolam untuk menampung air yang keluar dar mata air yang berjumlah 6 mata air yang keluar air. Ada tanggul untuk menyalurkan air  ke peralon ukuran diameter 6 inci yang mengalirkan air untuk warga RW 14. Kawasan 2 merupakan mata air yang dulunya sama memiliki kolam penampungan, namun sekrang pinggiranya menjadi kebun sayuran. Dari mata air kawasan 2 mengalirkan air untuk warga RW 13, RW 11, RW 12, RW 10, RW 9 dan RW yang lainnya. Mata air Cibodas selain untuk air rumah mat air cibodas kawasan 2 ini juga untuk mengairi kebun.

mata air Cibodas


















Mata air Cibodas juga mempunyai riwayat sejarah yang berharga dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan Belanda. Di daerah dekat mata air Cibodas terdapat sebuah gua buatan manusia yang konon cerita merupakan buatan warga Indonesia pada masa penjajahan, namun keberadaan gua ini sangat mengkhawatirkan karena telah tertutupi semak dan pintu masuknya menjadi kebun. Pada tahun 90 an pernah dilakukan penelitian oleh salah seorang Arkeolog ITB dan warga belanda yang meneliti kedalaman gua tersebut. Alasan penelitian penelitian arkeolog tersebut konon katannya ada tulisan  Kolonial Belanda yang menerangkan bahwa gua ini merupakan gua penyimpanan amunisi Belanda karena Bukit yang ada sebagai tembok pertahanan bangsa Belanda dari perlawanan bangsa Indonesia. Gua ini di buat sangat dalam, bahkan konon katanya menembus daerah Ciberem. Gua yang begitu dalam ini menjadi aliran sungai bawah tanah dan tertutup batu besar yang menutup gua di daerah Cibodas sehingga air sungai bawah tanah ini keluar di kawasan Cibodas, Argasari RW 14 desa Sukapura Kec. Kertasari. 
Pohon Haur tanda Gua di kawasan Cibodas 


a.       Mata air Sarang Tengah
Mata air sarang Tengah merupakan mata air yang berada di perbatasan daerah perkebunan dengan tanah masyarakat. Lokasinya berada di lembahan bukit Sukahaji sebelah timur  dan Bukit Argasari sebelah barat dan sebelah selatan bukit perkebunan afdeling Argasari. Mata air Sarang tengah ini di sanggah oleh pohon caringin yang cukup besar yang berumur di perkirakan berusia 150 tahun. Debit air Sarang tengah ini mengalami penurunan beberapa tahun ini di tambah kejernihan air yang sedikit keruh karena kolam penampungan yang kurang terawat, sehingga pemanfaatanya sedikit untuk warga di Nyalindung dan Cinangka, tetapi lebih banyak di gunakan untuk mengairi kolam ikan yang dimiliki warga serta MCK yang digunakan warga Sukahaji yang kondisinya sangat mengenaskan.


b.      Mata Air Kang Uja
Mata air kang Uja berada di kawasan pinggir Jl. Sukapura-Ciberem yang tanahnya dahulu di miliki oleh Kang Uja, namun kondisinya memprihatinkan bahkan mungkin mata air ini bila di biarkan hanya tinggal kenanangan karena debit air yang menjadi sedikit. Padahal dulunya mata air ini debit air yang keluar lumayan besar bahkan mampu mengairi 2 Situ yang ada di tambah pembuangan air dari Sarang Tengah. 2 Situ ini terakhir pada tahun 2012 telah di tutup dan di buat menjadi kebun sedangkan situ yang paling besar telah di tutup dan sekarang menjadi SMPN 2 Kertasari

Itulah mata air yang berada di desa Sukapura beserta keunikannya, mata air sangatlah perlu untuk  dilestarikan agar bisa terus mengalirkan sumber kehidupan masyarakat desa Sukapura. Pemanfaatan yang yang baik akan menjadikan mata air ini mejadi berharga, bukan hanya sebuah tempat keluar air saja terutama  jangan sampai kita akan menyesal tidak air bersih lagi di Sukapura setelah semuanya hilang. 

Senin, 21 April 2014

MAKNA HARI KARTINI UNTUK SUKAPURA

Kartini's Day atau hari Kartini merupakan momeny bersejarah bagi bangsa Indonesia karena dalam hidupnya yang singkat selama 25 tahun, telah memberikan sesuatu yang berharga bagi Indonesia. Namun bagaimana makna hari Kartini ini bagi masyarakat Indonesia. Sebelum lebih jauh yuk kita lihat sejarah hidup atau biografi Kartini yang di dapat dari http://forum.kompas.com/sekolah-pendidikan/257516-hari-kartini-sejarahnya-21-april.html.
Raden Adjeng Kartini adalah salah satu tokoh pahlawan wanita Indonesia yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Kartini atau yang juga sering dikenal dengan R.A. Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan kaum wanita di Indonesia, khususnya kaum pribumi.

Biografi Kartini


Kartini lahir dari keluarga kaya raya, merupakan putri dari bangsawan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang juga menjabat sebagai seorang bupati di Jepara pada masa itu. Ibu Kartini bernama M.A. Ngasirah yang bukan merupakan istri utama dari R.M Adipati Ario Sosroningrat. Ayah Kartini pada awalnya bekerja sebagai seorang wedana di Mayong yang (pada masa itu) masih harus menuruti undang – undang kolonial Belanda berupa adanya peraturan pernikahan antara bupati dengan bangsawan.

R.A. Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara kandung dan tiri, juga merupakan anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV menjabat sebagai bupati pada usia yang muda, yaitu 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono merupakan seorang yang pandai dalam sastra bahasa. Kartini kecil menuntut ilmu di ELS (Europese Lagere School), sebuah sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda pada masa itu. Ditempat inilah R.A Kartini mempelajari bahasa Belanda. Namun Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun, karena pada masa itu, seorang perempuan harus tinggal dirumah setelah menginjak usia yang memungkinkan untuk dipingit.

Karena kemampuan Kartini dalam berbahasa Belanda, Kartini melanjutkan pelajarannya dirumah dengan banyak membaca surat kabar De Locomotief yang beredar harian di Semarang pada masa itu. Selain surat kabar, Kartini juga gemar membaca majalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, majalah wanita yang diterbitkan dalam edisi Belanda. Dari kegemarannya membaca, Kartini mulai mencoba untuk menulis. Ide tulisannya seringkali dikirimkan ke media surat kabar untuk dimuat, salah satunya ke harian De Hollandsche Lelie. Kartini pun mulai memiliki sahabat pena. Ia seringkali menulis surat kepada sahabat surat-menyuratnya yang ada di Belanda, seperti Rosa Abendanon yang banyak memberi dukungan dan masukan kepadanya.

Beberapa buku yang memiliki isi yang cukup ‘berat’ yang dibaca oleh Kartini antara lain Max Havelaar, Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht, Die Waffen, dll. Kartini juga gemar membaca buku – buku sosial, politik, roman, wanita, dan pengetahuan dari penulis – penulis terkenal pada masa itu seperti, Louis Coperus, Van Eeden, Augusta de Witt, Goekoop de-Jong, Van Beek, Berta Von Suttner, dll.

Dari kebiasaan membaca dan tukar pikiran dengan wanita – wanita barat, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir wanita eropa pada saat itu. Membandingkan dengan wanita pribumi pada saat itu, strata wanita pribumi masih tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan wanita eropa.

Hal inilah yang mendorong R.A Kartini untuk memajukan status wanita pribumi. Keinginannya tidak semata hanya memajukan strata atau derajat wanita pada masa itu, namun juga yang berhubungan dengan masalah sosial. Perhatiannya adalah memperjuangkan hak wanita agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam masyarakat.

R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati Rembang yang pernah menikah 3x, pada tanggal 12 November 1903 pada usia ke-24. Oleh karena cita – citanya, suaminya memberi kebebasan kepada Kartini untuk melaksanakan fokus dan tujuannya semula.

Setelah itu, Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan wanita dengan mendirikan sekolah wanita yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).

R.A. Kartini melahirkan anak pertama dan terakhirnya, RM Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Kartini meninggal beberapa hari kemudian pada tanggal 17 September 1904 pada usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun dan dikebumikan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Perjuangan Kartini tidak berhenti sampai disana, karena Yayasan Sekolah Kartini mulai didirikan dibanyak tempat, seperti di Semarang pada tahun 1912, diikuti di Surabaya, Cirebon, Yogyakarta, Madiun, Malang dan wilayah lainnya yang tersebar di Nusantara. Adapun tokoh yang turut membantu pembangunan sekolah Kartini tersebut adalah seorang tokoh olitik etis Belanda yang bernama Van Deventer.

Hari Kartini & Sejarahnya (21 April)

Hari Kartini pertama kali diresmikan sebagai salah satu hari nasional oleh Presiden pertama RI, Soekarno Hatta berdasarkan Kepres RI no.108, tanggal 2 Mei 1964 serta menetapkan R.A Kartini sebagai salah satu pahlawan wanita di Indonesia. Hari Kartini ditetapkan pada tanggal 21 April sesuai dengan hari kelahiran Kartini.

Kebesaran nama Kartini dan cita-citanya diabadikan menjadi nama jalan yang bukan saja terdapat di Indonesia, tetapi juga di negara Belanda dengan nama R.A Kartinistraat, seperti di Ultretch, Venlo, Amsterdam Zuidoost, Bilmer (ditulis dengan lengkap jl. Raden Ajeng Kartini), Haarlem. Nama Kartini juga dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat.


Bila kita melihat biografi Kartini, memang ternyata jasa beliau selama hidup bukanlah hal yang biasa di dalam hidupnya yang singkat selama 25 tahun. Disini penulis ingin menyampaikan beberapa pandangan mengenai Kartini yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.

1. Tinjauan Pendidikan, Kartini membuka mindset yang bagus dengan mendirikan sekolah membuka wawasan bagi wanita, berdasarkan pengalaman beliau yang hanya mendapatkan pendidikan selama 12 tahun. Artinya beliau mengedepankan pendidikan bagi wanita yang jangan sampai dibatasi oleh usia, karena ilmu haruslah terus dicari dan di gali sampai ajal menjemput.

2. Membaca dan menulis adalah hal yang dilakukan Kartini yang menunjukan semangat belajar tak pernah henti, sehingga muncul lah buku habis gelap terbitlah terang yang mana merupakan kumpulan surat beliau untuk berita harian Belanda. proses membaca dan menulis adalah dua sisi yang beriringan. Sehingga budaya menulis dan membaca harus lah tetap di lestarikan sebagai ciri masyarakat maju dan berpendidikan. Bukan bekerja yang diutamakan bagi seorang wanita.

3. Kegigihan beliau untuk mengembangkan wanita dalam pendidikan bukan untuk mensejajarkan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Inilah yang sering di salah artikan oleh banyak wanita yang menganggap bahwa wanita memiliki kewajiban dan hak yang sama dengan pria. Salah satunya dari segi pekerjaan, berapa banyak wanita yang sekarang menjadi wanita carier, hampir semua wanita sekarang mengejar karir sehingga lapangan pekerjaan sekarang ini pasti akan kekurangan dan pengangguran pria semakin besar. Kalaupun bekerja, wanita harus bisa menyesuaikan dengan prioritas hidupnya yakni mengurus rumah tangga, karena sebagian besar masalah rumah tangga ditemukan dari sosok istri yang bekerja.

Lalu apa artinya bagi warga Sukapura, sekarang ini wanita di desa Sukapura mengalami beberapa peningkatan dari segi kewanitaan, terbukti 3 calon legislatif tercatat sebagai calon legislatif yang berasal dari desa Sukapura. Namun dari segi pemudanya belum terlihat sosok yang bisa menjadi figur kebanggaan desa. Hanya ada beberapa sosok pria dari Sukapura yang bisa di bilang membawa harum nama Sukapura. Ada yang menjadi Dosen, artis, Polisi, pengusaha namun kebanyakan nya adalah sebagai pekerja pabrik. Artinya masih banyak peluang yang belum terisi oleh warga Sukapura. AYO BANGKIT WARGA SUKAPURA!!!

Minggu, 20 April 2014

(SULIBRA BERAKSI) SULIBRASI BERSIH CARINGIN DAN NONTON BARENG PERSIB


Bintang bertebaran di langit terlihat begitu indah di kala malam hari apalagi bila di saksikan oleh dua insan yang sedang menikmati romantisme jalinan asmara. Namun Apa jadinya bila sampah yang bertebaran, berceceran dan bergerunduk bagaikan gugusan bintang. Pemandangan sampah yang bertebaran pastinya bertolak belakang dengan bertebaranya bintang, sampah akan menjadi masalah bagi manusia bila di biarkan begitu saja semakin lama menjadi sumber penyakit yang membahayakan bagi manusia belum lagi unsur keindahan yang menandakan pola hidup masyarakat suatu daerah. Yakin akan budaya masyarakat Sukapura yang menjungjung tinggi filosofi hidup bersih dan sehat. Caringin yang menjadi pusat desa Sukapura adalah wajah dari tubuh masyarakat Sukapura, bila wajahnya kotor tidak terawat pandangannya adalah seluruh wilayah di desa Sukapura adalah kotor. Menepis anggapan hal tersebut, kami komunitas SULIBRA bersama Karang Taruna mengadakan kegiatan Aksi Caringin Bersih. Kegiatan ini juga bertujuan mensosialisasikan pentingnya menjaga lingkungan dari sekitar, kegiatan inipun diikuti oleh masyarakat yang turut berpartisipasi.









Selain kegiatan bersih sampah, kita juga melakukan kegiatan Nonton Bareng PERSIB di areal pasar Caringin untuk menjalin silaturahmi bersama warga dan barudak VIKING Kertasari.




Acara ini cukup meriah karena antusiasme warga yang datang ke lokasi lumayan banyak catatan kami sekitar  100 warga yang hadir dalam acara nonton bareng ini. di tambah PERSIB juga memenangkan pertandingan dengan skor 1-4 dari lawannya Gresik United. Di tambah acara ini juga mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak terutama dari Bapak Wagub Jabar yaitu Dedi Mizwar atau yang biasa di kenal dengan Bang Jack, beliau menyampaikan apresiasi melalui telepon live dengan memberikan sambutan positif dan beliau berharap diadakan kembali acara seperti ini dan mudah-mudahan beliau bisa hadir.


Sabtu, 19 April 2014

lumpur turun ke jalan dan menggenang SMPN 2 Kertasari


SMPN 2 KERTASARI yang tergenang air

     Hujan besar yang terjadi di daerah Sukapura pada tanggal 15 April 2014 dari jam 12.00-15.00 WIB  menyebabkan banjir di sejumlah tempat di desa Sukapura. Salah satunya kawasan kampus SMPN 2 Kertasari yang sempat tergenang selama 1 jam sebelum surut. Hujan yang besar selama 3 jam membuat lumpur turun menutupi jalan terutama di jalan sekitar jalur Cinangka. Hujan pada saat itu juga membuat tanah longsor di sekitar kawasan pada penduduk di RW 11 dekat rumah Kang Uja, beruntung tidak menimbulkan bahaya berarti, secara daerah tersebut memiliki kontur tanah berbukit (ngagawir). Di kawasan Pacet Sukahajipun terlihat gumpalan air di atas jalan raya sehingga mengganggu akses jalan tersebut. 


Jl, Pacet Sukahaji yang tergenang air mengganggu laju mobil.

Kejadian ini bukan sekali terjadi di desa Sukapura, bahkan kejadian ini sudah di anggap biasa bagi masyarakat desa Sukapura, sehingga bukan lagi menjadi suatu bencana. Air tumpah kejalan dengan membawa material lumpur dan sampah di perparah dengan sanitasi selokan yang mampet dengan sampah palastik dan sisa ampas wortel dari tempat pencucian menjadikan jalan yang di bangun menjadi bergelombang dan mudah rusak. Kurangnya kepedulian warga terhadap masalah ini adalah salah satu penyebab terjadinya air tumpah ke jalan di tambah banyaknya lahan kritis yang berada di desa Sukapura menyebabkan pengikisan tanah yang terbawa oleh air hujan.

      Bila kita telusuri di bukit bagian atas Sukapura terlihat pemandangan tanah yang telah berubah fungsi dari dulunya lahan Perkebunan PTPN VIII sekarang menjadi lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian warga. lahan miring yang di tanami sayuran setiap hujan terus mengikis tanah yang berada di sana, pengikisan tanah oleh air hujan ini bila terus di biarkan dalam kurun waktu yang lama kedepannya bukan hal yang mustahil bila tanah Sukapura hanya menyisakan cadas yang tidak bisa di tanami. Lalu bagaimana nasib anak cucu generasi penerus masyarakat desa Sukapura bila hanya yang tersisa adalah tanah cadas. Mungkin mereka masih bisa bertahan sebagai penambang pasir cadas itupun kalau anak cucunya tidak tertutupi longsoran tanah.

      Tidak adanya mata pencaharian selain bertani bagi warga masyarakat Sukapura, menjadi penyebab dibukanya lahan perkebunan PTPN VIII menjadi areal pertanian. Sehingga masyarakat dengan terpaksa menjadikan lahan PTPN ini menjadi lahan pertanian yang sebelumnya adalah perkebunan kina (SULIBRA) yang mana merupakan kawasan penyangga bagi masyarakat desa Sukapura. Lalu bagaimana solusinya sebelum ada mata pencaharian yang baru, salah satunya metode pertanian berbasis lingkungan dengan membuat sengkedan atau sedimentasi. Tujuannya supaya tanah menjadi rata, unsur hara yang terkandung di dalam tanah tidak tergerus ketika hujan tiba. Tanah tetap subur, ketika musim kemarau tiba menyiram (nyebor) tidak akan susah dan yang paling penting tidak merugikan orang lain karena lumpur terbawa air dan mengendap di jalan ketika kemarau menjadi kebul dan bahan penyakit bagi yang mengisapnya yang tidak lain adalah warga desa Sukapura. Metode Sengkedan bukan hal yang baru, namun petani seolah tidak mau menyengked tanahnya karena banyaknya pekerjaan dan tidak ingin lahan nya menjadi sempit. YUK JADI PETANI YANG BAIK.


DATANGNYA PASAR MALAM DI SUKAPURA SEOLAH SERANGAN PAJAR

Anak SSB BARA bermain di pinggiran lapang
 bersebelahan dengan korsel

         Hiburan Rakyat atau biasa disebut Korsel, Pameran, Pasar Malam dan sebagainya kini tengah berada di daerah Sukpaura, tepatnya di wilayah Mekar Sari Lapang Saluyu desa Sukapura. Datang nya rombongan Korsel yang mendadak seolah serangan pajar dalam pemilu legislatif periode 2014, sehingga membuat masyarakat bertanya masalah perizinan lingkungan dan pengurus lapang. Fungsi Lapang Saluyu sebagai wahana bermain sepak bola masyarakat sepak bola, kali ini tergeserkan oleh ombak banyu yang berada di tengah lapang, membuat para pemain sepak bola bermain di pinggir lapang seolah parasit yang menghinggapi inangnya. padatnya aktivitas para Persatuan Sepak Bola dan SSB BARA sebagai pengguna lapang kini harus bersabar menunggu pulangnya Pameran selama 3 minggu berada di Lapang. 

        Adang Suherlan selaku pengurus lapang mengaku " biasana mun aya pameran kieu teh sok aya obrolan hela saminggu saacana, ameh di sesuaikeun jeung jadwal maen setiap PS". Adanya jadwal yang sudah di sepakati SSB BARA dengan SSB dari Sumedang pada hari Minggu 20 April 2014, tidak mau tidak harus di batalkan kalaupun tidak bisa saja di pindah lokasi permainan, bahkan kabar burung menyebutkan bahwa akan ada nya Mantan Pelatih Persib era Primapera yang sekarang menjadi pelatih di Club Maung Bandung Bapak Indra Tohir akan hadir pada acara hari Minggu ini bisa di pastikan tidak akan hadir di Sukapura. Semangat anak-anak yang sedang tinggi dalam berlatih sepak bola sementara waktu harus tertunda, tapi sebetulnya masih bisa juga untuk berlatih melihat adanya space sebelah utara yang tidak terpakai areal pameran, jadi tenang bagi anak-anak SSB masih bisa berlatih di sebelah utara lapang.

       Menyikapi masalah pameran ini tentunya kita harus dengan kepala dingin, sebagai warga Sukapura yang baik janganlah terlalu menanggapi issue yang beredar sehingga memancing pertanyaan-pertanyaan dan akhirnya menimbulkan kecurigaan yang akhirnya hilang kebersamaan sebagai warga Sukapura. Apapun yang di bicarakan Pameran telah di pasang, namun mungkin untuk kedepannya fenomena sosial seperti ini bisa di hindari. Tinggal bagaimana penyaluran uang sewa yang ada bisa di berikan sesuai  dengan haknya. 

Jumat, 18 April 2014

AKSI CARINGIN BERSIH SAMPAH & NONTON BARENG PERSIB

Term Of Referensi
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
AKSI CARINGIN BERSIH SAMPAH & NONTON BARENG PERSIB

Latar Belakang
            Caringin sebagai pusat aktivitas masyarakat desa Sukapura merupakan daerah Strategis sebagai cerminan lingkungan desa Sukapura. Namun kondisi Caringin yang sekarang terlihat, sedikit memiliki aksen negative dengan banyak sampah yang tercecer, penataan angki-angki yang tidak teratur, gedung serbaguna yang tidak terawatt membuat pandangan negative bagi desa Sukapura. bertepatan dengan jadwal pertandingan PERSIB VS Gresik Utd sekaligus dalam moment Hari BUMI merupakan moment yang cocok untuk di selenggarakan sebuah aktivitas positive.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi moment berharga ini, salah satunya dengan mengadakan kegiatan positif agar mereka terarahkan dan bisa menghasilkan suatu efek yang baik bagi lingkungan sekitar. Kelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas SULIBRA (Sukapura Lestari Bersahaja) berinisiatif menyelenggarakan Aksi Caringin Bersih Sampah & Nonton Bareng PERSIB sebuah gagasan sederhana namun besar harapan menimbulkan efek positif bagi masyarakat maupun lingkungan desa Sukapura. Aksi kali ini merupakan rangkaian kegiatan yang di lakukan oleh komunitas SULIBRA dalam mengatasi permasalahan lingkungan di Desa Sukapura.

Tujuan
1.      Sebagai Aksi nyata Kelompok pemuda dan warga sekitar desa Sukapura dalam menyikapi masalah yang dihadapi terutama dalam masalah sampah
2.      Sebagai sosialisasi dan ajakan kelompok pegiat lingkungan kepada warga desa Sukapura untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan
3.      Media silahturahmi masyarakat desa Sukapura dalam sebuah kumpulan kegiatan
4.      Menyikapi permasalahan sampah yang ada di lingkungan caringin yang mengkhawatirkan dan mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Keluaran
1.      Adanya kepedulian warga  terhadap kelestarian lingkungan khususnya yang berdapak terhadap daerah aliran sungai
2.      Terciptanya budaya hidup sehat, bersih, pengelolaan sampah yang tepat guna
3.      Adanya pengelolaan sampah yang terorganisir dari pemilahan sampah, pengambilan, pembuangan, atau sampai daur ulang sampah.
4.      Mumculnya kebersamaan warga masyarakat desa Sukapura yang tercermin dalam sikap gotong royong.

Peserta
1.      KOMUNITAS SULIBRA yang terdiri dari Dua puluh orang kelompok muda dari tiga dusun, dusun Sukamaju, dusun Mekarsari dan dusun Sukapadang.
2.      Karang Taruna Desa Sukapura
3.      Persatuan Sepak bola (PS sedesa Sukapura)
4.      Viking Kertasari
5.      Tokoh masyarakat
Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal             : Minggu, 20 April 2014
Jam                              : 13.00 Wib
Tempat                        : Gedung Serbaguna, Pasar Caringin Desa Sukapura


Kepanitiaan
Ketua Pelaksana          : Ryan Abu bakar
Sekretaris                    : Erik Taufik
Bendahara                  : Jajang Nurzaman
Humas                         : Kiki Hadiyansyah, Tedi, Yandika Vivaldi, Tommy Hanibah, Supi
PubDekDok                  : Novan Sopian, Agung Setiawan
Logistick                      : Andri Aditia, Dede Nurdin, Isep,
Konsumsi                     : Rika Milda, Dian Ayu Lestari, Iyus R
Keamanan                   : LINMAS Sukapura

Susunan Acara
No
Waktu
Acara
Kebutuhan
PIC

12.00-13.00
Prepare & Briefing


1.
13.00-13.30
Pembukaan & sambutan :
1.      Pelaksana
2.      Kepala Desa
3.      BPLHD
Kursi, Plang don’t throw your trace here
MC
2.
13.30-15.00
Aksi bersih sampah
Karung, gacok, sapu, pengkih, gerobak sampah
Andri & Nurdin
3.
15.00-16.00
Mandi, Istirahat & Sholat
Masing-masing

4.
16,00-16.45
 Live Music Acoustic
Sound, Alat Acoustic,
Kiki hadiyansyah & fahmi
5.
16.45-17.45
Diskusi
Mic, Sound , Infocus, Laptop
Iwang
6.
17.45-18.30
Sholat Maghrib
Masing-masing

7.
18.30-19.00
Persiapan nonton Bareng & game
Lampu, infocus, screen, doorprize, TV Tunner, antena

8.
19.00-20.45
Nonton Bareng Gresik VS PERSIB


9.
20.45-21,00
Do’a Tutup




 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: youremail@gmail.com

Our Team Memebers