![]() |
SMPN 2 KERTASARI yang tergenang air |
![]() |
Jl, Pacet Sukahaji yang tergenang air mengganggu laju mobil. |
Kejadian ini bukan sekali terjadi di desa Sukapura, bahkan kejadian ini sudah di anggap biasa bagi masyarakat desa Sukapura, sehingga bukan lagi menjadi suatu bencana. Air tumpah kejalan dengan membawa material lumpur dan sampah di perparah dengan sanitasi selokan yang mampet dengan sampah palastik dan sisa ampas wortel dari tempat pencucian menjadikan jalan yang di bangun menjadi bergelombang dan mudah rusak. Kurangnya kepedulian warga terhadap masalah ini adalah salah satu penyebab terjadinya air tumpah ke jalan di tambah banyaknya lahan kritis yang berada di desa Sukapura menyebabkan pengikisan tanah yang terbawa oleh air hujan.
Bila kita telusuri di bukit bagian atas Sukapura terlihat pemandangan tanah yang telah berubah fungsi dari dulunya lahan Perkebunan PTPN VIII sekarang menjadi lahan pertanian yang menjadi mata pencaharian warga. lahan miring yang di tanami sayuran setiap hujan terus mengikis tanah yang berada di sana, pengikisan tanah oleh air hujan ini bila terus di biarkan dalam kurun waktu yang lama kedepannya bukan hal yang mustahil bila tanah Sukapura hanya menyisakan cadas yang tidak bisa di tanami. Lalu bagaimana nasib anak cucu generasi penerus masyarakat desa Sukapura bila hanya yang tersisa adalah tanah cadas. Mungkin mereka masih bisa bertahan sebagai penambang pasir cadas itupun kalau anak cucunya tidak tertutupi longsoran tanah.
Tidak adanya mata pencaharian selain bertani bagi warga masyarakat Sukapura, menjadi penyebab dibukanya lahan perkebunan PTPN VIII menjadi areal pertanian. Sehingga masyarakat dengan terpaksa menjadikan lahan PTPN ini menjadi lahan pertanian yang sebelumnya adalah perkebunan kina (SULIBRA) yang mana merupakan kawasan penyangga bagi masyarakat desa Sukapura. Lalu bagaimana solusinya sebelum ada mata pencaharian yang baru, salah satunya metode pertanian berbasis lingkungan dengan membuat sengkedan atau sedimentasi. Tujuannya supaya tanah menjadi rata, unsur hara yang terkandung di dalam tanah tidak tergerus ketika hujan tiba. Tanah tetap subur, ketika musim kemarau tiba menyiram (nyebor) tidak akan susah dan yang paling penting tidak merugikan orang lain karena lumpur terbawa air dan mengendap di jalan ketika kemarau menjadi kebul dan bahan penyakit bagi yang mengisapnya yang tidak lain adalah warga desa Sukapura. Metode Sengkedan bukan hal yang baru, namun petani seolah tidak mau menyengked tanahnya karena banyaknya pekerjaan dan tidak ingin lahan nya menjadi sempit. YUK JADI PETANI YANG BAIK.
0 komentar:
Posting Komentar