Kartini's Day atau hari Kartini merupakan momeny bersejarah bagi bangsa Indonesia karena dalam hidupnya yang singkat selama 25 tahun, telah memberikan sesuatu yang berharga bagi Indonesia. Namun bagaimana makna hari Kartini ini bagi masyarakat Indonesia. Sebelum lebih jauh yuk kita lihat sejarah hidup atau biografi Kartini yang di dapat dari http://forum.kompas.com/sekolah-pendidikan/257516-hari-kartini-sejarahnya-21-april.html.
Raden Adjeng Kartini adalah salah satu tokoh pahlawan wanita Indonesia yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Kartini atau yang juga sering dikenal dengan R.A. Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan kaum wanita di Indonesia, khususnya kaum pribumi.
Biografi Kartini
Kartini lahir dari keluarga kaya raya, merupakan putri dari bangsawan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang juga menjabat sebagai seorang bupati di Jepara pada masa itu. Ibu Kartini bernama M.A. Ngasirah yang bukan merupakan istri utama dari R.M Adipati Ario Sosroningrat. Ayah Kartini pada awalnya bekerja sebagai seorang wedana di Mayong yang (pada masa itu) masih harus menuruti undang – undang kolonial Belanda berupa adanya peraturan pernikahan antara bupati dengan bangsawan.
R.A. Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara kandung dan tiri, juga merupakan anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV menjabat sebagai bupati pada usia yang muda, yaitu 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono merupakan seorang yang pandai dalam sastra bahasa. Kartini kecil menuntut ilmu di ELS (Europese Lagere School), sebuah sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda pada masa itu. Ditempat inilah R.A Kartini mempelajari bahasa Belanda. Namun Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun, karena pada masa itu, seorang perempuan harus tinggal dirumah setelah menginjak usia yang memungkinkan untuk dipingit.
Karena kemampuan Kartini dalam berbahasa Belanda, Kartini melanjutkan pelajarannya dirumah dengan banyak membaca surat kabar De Locomotief yang beredar harian di Semarang pada masa itu. Selain surat kabar, Kartini juga gemar membaca majalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, majalah wanita yang diterbitkan dalam edisi Belanda. Dari kegemarannya membaca, Kartini mulai mencoba untuk menulis. Ide tulisannya seringkali dikirimkan ke media surat kabar untuk dimuat, salah satunya ke harian De Hollandsche Lelie. Kartini pun mulai memiliki sahabat pena. Ia seringkali menulis surat kepada sahabat surat-menyuratnya yang ada di Belanda, seperti Rosa Abendanon yang banyak memberi dukungan dan masukan kepadanya.
Beberapa buku yang memiliki isi yang cukup ‘berat’ yang dibaca oleh Kartini antara lain Max Havelaar, Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht, Die Waffen, dll. Kartini juga gemar membaca buku – buku sosial, politik, roman, wanita, dan pengetahuan dari penulis – penulis terkenal pada masa itu seperti, Louis Coperus, Van Eeden, Augusta de Witt, Goekoop de-Jong, Van Beek, Berta Von Suttner, dll.
Dari kebiasaan membaca dan tukar pikiran dengan wanita – wanita barat, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir wanita eropa pada saat itu. Membandingkan dengan wanita pribumi pada saat itu, strata wanita pribumi masih tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan wanita eropa.
Hal inilah yang mendorong R.A Kartini untuk memajukan status wanita pribumi. Keinginannya tidak semata hanya memajukan strata atau derajat wanita pada masa itu, namun juga yang berhubungan dengan masalah sosial. Perhatiannya adalah memperjuangkan hak wanita agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam masyarakat.
R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati Rembang yang pernah menikah 3x, pada tanggal 12 November 1903 pada usia ke-24. Oleh karena cita – citanya, suaminya memberi kebebasan kepada Kartini untuk melaksanakan fokus dan tujuannya semula.
Setelah itu, Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan wanita dengan mendirikan sekolah wanita yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).
R.A. Kartini melahirkan anak pertama dan terakhirnya, RM Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Kartini meninggal beberapa hari kemudian pada tanggal 17 September 1904 pada usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun dan dikebumikan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Perjuangan Kartini tidak berhenti sampai disana, karena Yayasan Sekolah Kartini mulai didirikan dibanyak tempat, seperti di Semarang pada tahun 1912, diikuti di Surabaya, Cirebon, Yogyakarta, Madiun, Malang dan wilayah lainnya yang tersebar di Nusantara. Adapun tokoh yang turut membantu pembangunan sekolah Kartini tersebut adalah seorang tokoh olitik etis Belanda yang bernama Van Deventer.
Hari Kartini & Sejarahnya (21 April)
Hari Kartini pertama kali diresmikan sebagai salah satu hari nasional oleh Presiden pertama RI, Soekarno Hatta berdasarkan Kepres RI no.108, tanggal 2 Mei 1964 serta menetapkan R.A Kartini sebagai salah satu pahlawan wanita di Indonesia. Hari Kartini ditetapkan pada tanggal 21 April sesuai dengan hari kelahiran Kartini.
Kebesaran nama Kartini dan cita-citanya diabadikan menjadi nama jalan yang bukan saja terdapat di Indonesia, tetapi juga di negara Belanda dengan nama R.A Kartinistraat, seperti di Ultretch, Venlo, Amsterdam Zuidoost, Bilmer (ditulis dengan lengkap jl. Raden Ajeng Kartini), Haarlem. Nama Kartini juga dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat.
Bila kita melihat biografi Kartini, memang ternyata jasa beliau selama hidup bukanlah hal yang biasa di dalam hidupnya yang singkat selama 25 tahun. Disini penulis ingin menyampaikan beberapa pandangan mengenai Kartini yang mudah-mudahan bisa bermanfaat.
1. Tinjauan Pendidikan, Kartini membuka mindset yang bagus dengan mendirikan sekolah membuka wawasan bagi wanita, berdasarkan pengalaman beliau yang hanya mendapatkan pendidikan selama 12 tahun. Artinya beliau mengedepankan pendidikan bagi wanita yang jangan sampai dibatasi oleh usia, karena ilmu haruslah terus dicari dan di gali sampai ajal menjemput.
2. Membaca dan menulis adalah hal yang dilakukan Kartini yang menunjukan semangat belajar tak pernah henti, sehingga muncul lah buku habis gelap terbitlah terang yang mana merupakan kumpulan surat beliau untuk berita harian Belanda. proses membaca dan menulis adalah dua sisi yang beriringan. Sehingga budaya menulis dan membaca harus lah tetap di lestarikan sebagai ciri masyarakat maju dan berpendidikan. Bukan bekerja yang diutamakan bagi seorang wanita.
3. Kegigihan beliau untuk mengembangkan wanita dalam pendidikan bukan untuk mensejajarkan hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Inilah yang sering di salah artikan oleh banyak wanita yang menganggap bahwa wanita memiliki kewajiban dan hak yang sama dengan pria. Salah satunya dari segi pekerjaan, berapa banyak wanita yang sekarang menjadi wanita carier, hampir semua wanita sekarang mengejar karir sehingga lapangan pekerjaan sekarang ini pasti akan kekurangan dan pengangguran pria semakin besar. Kalaupun bekerja, wanita harus bisa menyesuaikan dengan prioritas hidupnya yakni mengurus rumah tangga, karena sebagian besar masalah rumah tangga ditemukan dari sosok istri yang bekerja.
Lalu apa artinya bagi warga Sukapura, sekarang ini wanita di desa Sukapura mengalami beberapa peningkatan dari segi kewanitaan, terbukti 3 calon legislatif tercatat sebagai calon legislatif yang berasal dari desa Sukapura. Namun dari segi pemudanya belum terlihat sosok yang bisa menjadi figur kebanggaan desa. Hanya ada beberapa sosok pria dari Sukapura yang bisa di bilang membawa harum nama Sukapura. Ada yang menjadi Dosen, artis, Polisi, pengusaha namun kebanyakan nya adalah sebagai pekerja pabrik. Artinya masih banyak peluang yang belum terisi oleh warga Sukapura. AYO BANGKIT WARGA SUKAPURA!!!
Senin, 21 April 2014
MAKNA HARI KARTINI UNTUK SUKAPURA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
What is a casino game? - Dr.MCD
BalasHapusCasino games are games you 김포 출장마사지 can play online 의왕 출장안마 that you can play at casinos 광양 출장샵 around 제주도 출장마사지 the world, including Las Vegas. These games allow you to experience 안성 출장마사지